maxwin138
maxwin138
maxwin138
maxwin138

Saudara-saudara dari Batam Bertahan dari Perang Saudara Sudan, Berbagi Cerita Seram

Kakak Beradik Asal Batam Selamat dari Perang Saudara Sudan, Berbagi Kisah Mengerikan
0 0
Read Time:4 Minute, 30 Second

Batam, Batamnews – Kakak beradik Fikri Wahyudi Maulana (22) dan Abdurrahman Tsani (23), mahasiswa asal Kota Batam, Kepulauan Riau, tiba dengan selamat di Batam setelah melalui masa-masa horor. perang sipil di dalam Sudan.

Mereka berbagi cerita betapa sulitnya kondisi itu Sudanterutama karena tempat tinggal mereka yang berdekatan dengan pangkalan pemberontak dihancurkan oleh mortir.

Baca Juga: SFA Tolak Klaim Indonesia yang “Tidak Tepat” Soal Singapura Siap Impor Karkas Babi

Fikri dan Abdurrahman awalnya kehilangan harapan dalam situasi tegang Sudan. Mereka bahkan tidak menyangka akan dievakuasi oleh Pemerintah Indonesia.

Fikri yang merupakan mahasiswa Gabra Scientific College menceritakan bagaimana pada 15 April 2023, dia mendengar ledakan saat sedang bekerja di sebuah masjid di Kota Khartoum. Namun, awalnya dia mengira itu hanya demonstrasi sipil biasa.

“Saya pikir itu hanya demonstrasi oleh orang-orang di pusat kota. Namun suara ledakan dan tembakan semakin sering. Saya naik ke menara untuk melihat dari mana suara itu berasal, dan ternyata itu adalah terdengar suara tembakan. Saat saya cek di grup WhatsApp, saya baru sadar bahwa ini telah terjadi perang saudara,” kata Fikri saat ditemui di kediamannya, Sabtu (6/5/2023).

Baca Juga: Jembatan Lubuk Alung-Sikabu Gadang Sambungkan Lubuk Alung – Sikabu Runtuh di Padang Pariaman, Bupati Suhatribur Tindak Lanjuti

Fikri mengatakan, rekan-rekannya yang mengetahui konflik tersebut langsung mengungsi ke tempat yang lebih aman, namun Fikri memilih bertahan di kawasan Arked, Khartoum City, karena menurutnya itu hanya bentrok biasa dan akan segera berakhir.

Masyarakat setempat tetap baik kepada mereka, sehingga mereka tidak terlalu khawatir.

Namun, setelah Idul Fitri, Fikri akhirnya memutuskan kabur. Kediamannya di sebelah masjid dirusak oleh serangan mortir.

“Kemudian setelah sholat idul fitri sekitar jam 10 pagi, saya berencana ke rumah warga sekitar untuk mengisi daya handphone karena daerah saya sudah hampir 12 hari mati listrik. Namun pada pukul 11.30, saya mendapat informasi bahwa tempat tinggal saya hancur terkena serangan mortir,” kata Fikri.

Beginilah penampakan rumah Fikri saat dihancurkan rudal saat perang saudara di Sudan (dok pribadi)

“Alhamdulillah, Allah masih menyayangi saya. Saya terselamatkan dari kejadian itu. Akhirnya saya memilih kabur ke warga di dekat tempat tinggal saya yang tidak terlalu jauh,” imbuhnya.

Fikri mengatakan, selama ini sering terdengar ledakan perang sipil di dalam Sudan. Ia bahkan pernah mengalami kejadian peluru nyasar mengenai lemari pakaiannya sehingga menyebabkan lubang pada pintu lemari pakaian.

Baca juga: Prakiraan Cuaca Perairan Batam: Hujan Ringan dan Angin dari Selatan – Barat Daya

Listrik juga padam akibat konflik tersebut, namun untungnya jaringan internet masih bisa digunakan, sehingga mereka bisa menghubungi keluarga dan saudara Abdurahman.

“Alhamdulillah, internet masih aktif, saya bisa berkomunikasi baik dengan keluarga dan saudara saya yang juga ada di pulau Sudan. Ketika orang tua kami mendengar bahwa rumah kami hancur, mereka sangat khawatir, tetapi pada saat yang sama kami bersyukur bahwa kami selamat,” kata Fikri.

Baca Juga: Timnas U-22 Indonesia Kalahkan Timor Leste 3-0, Fajar Fathur Rahman Kembali Bersinar Bintang

Abdurrahman, kakak Fikri, menambahkan, asrama yang mereka tempati berada di kawasan Maududi, Khartoum, Sudan dekat markas pemberontak. Jarak asrama mereka dengan markas pemberontak hanya sekitar 100-200 meter yang dipisahkan oleh jalan raya.

“Asrama kami berada di dekat pangkalan pemberontak. Kami sering mendengar suara tembakan. Di asrama, kami bersama sekitar 70 mahasiswa Indonesia lainnya,” kata mahasiswa International University of Africa (IUA) itu.

Kedekatannya dengan pangkalan pemberontak membuat Abdurrahman dan rekan-rekannya menghadapi kekurangan makanan dan air. Mereka harus berjuang keras untuk mendapatkan makanan.

“Kami kesulitan mencari makan dan minum saat sahur dan berbuka. Meski banyak toko yang tutup, alhamdulillah kami tidak mengalami kelaparan,” ujar Abdurrahman yang menuturkan yang kedua.

Baca Juga: Tragedi Bus Jatuh di Sungai di Guci, Tegal: Satu Korban Meninggal, Banyak Luka Ringan

Salah satu momen yang berkesan adalah ketika mereka dievakuasi dari kantor Persatuan Pelajar Pelajar Indonesia (PPI).

“Proses evakuasi dari asrama ke kantor PPI cukup sulit karena dekat dengan pangkalan pemberontak. Walaupun diberikan dua bus untuk menjemput kami, namun bus dihentikan sehingga hanya satu bus yang bisa membawa kami, dan evakuasi Prosesnya harus dua kali bolak-balik. Cukup dramatis karena saat bus datang kembali menjemput saya dan teman-teman lainnya, kami sempat ditolak, namun akhirnya diizinkan sehingga kami berhasil dievakuasi,” ujar Abdurrahman.

Abdurrahman mengakui hal itu saat terjadi wabah perang sipil di dalam Sudan, dia tidak bisa menjenguk adiknya Fikri. Saudara-saudara dari Batam akhirnya dipertemukan ketika mereka dievakuasi oleh pemerintah Indonesia dan tiba di Jakarta.

Baca Juga: Kejaksaan Negeri Batam Usut Dugaan Korupsi di BP SIMRS Batam Tahun 2020

“Alhamdulillah, saya dan adik saya serta warga negara Indonesia lainnya Sudan dapat kembali dengan selamat ke Indonesia. Kami sedang menunggu konfirmasi mengenai kelanjutan studi kami setelah konflik di Sudan. Kami berharap ada solusi terbaik agar kami bisa melanjutkan studi,” kata Abdurrahman.

Saat ini Abdurrahman dan Fikri menghabiskan waktunya membantu orang tua mengaji di rumahnya yang terletak di Kecamatan Batu Merah, Batu Ampar. Mereka berharap perang di Sudan segera berakhir dan situasi di sana kembali stabil.

Saudara-saudara berharap semuanya akan menjadi lebih baik Sudan perdamaian dapat ditingkatkan dan diwujudkan sehingga mereka dapat melanjutkan pendidikan dan masa depan mereka dengan damai. Mereka juga berterima kasih kepada pemerintah Indonesia atas upaya evakuasi dan bantuan yang diberikan kepada mereka dan WNI lainnya di Sudan.

Kisah dua bersaudara asal Batam memberikan gambaran tentang keberanian, tekad dan harapan di tengah situasi konflik yang sulit. Mereka adalah contoh inspirasi bagi banyak orang yang pernah mengalami kesulitan dan bencana, bahwa melalui tekad dan keyakinan, kita dapat melewati masa-masa sulit dan tetap semangat untuk meraih masa depan yang lebih baik.

Happy
Happy
0 %
Sad
Sad
0 %
Excited
Excited
0 %
Sleepy
Sleepy
0 %
Angry
Angry
0 %
Surprise
Surprise
0 %